HARI YANG HILANG DALAM SEJARAH

PELAJARAN 7

Tahukah Anda bahwa ada satu hari penting yang telah dilupakan oleh hampir semua orang? Sangat mengherankan bahwa hanya sedikit orang yang mengetahui hal ini, karena hari itu adalah hari paling penting dalam sejarah umat manusia! Itu bukan hanya merupakan suatu hari yang berasal dari masa lalu, tapi juga berlaku di masa sekarang dan yang akan datang. Lebih jauh lagi, apa yang terjadi pada hari yang diabaikan ini akan memiliki dampak yang besar dalam hidup Anda. Apakah Anda ingin mengetahui lebih banyak fakta menakjubkan tentang hari yang hilang dalam sejarah? Bacalah pelajaran berikut dengan teliti.

“la datang ke Nazaret tempat la dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat la masuk ke rumah ibadat lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab” (Lukas 4:16).

Jawab: Yesus Kristus secara rutin beribadah pada hari Sabat.

“Tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu” (Keluaran 20:10). ”Setelah lewat hari Sabat … pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur” (Markus 16:1,2).

Jawab: Seorang mata-mata kecil bekerja  untuk menjawab pertanyaan ini. Banyak orang percaya bahwa hari Sabat adalah hari pertama dalam pekan (minggu), hari Minggu, tetapi Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Sabat adalah hari yang datang sebelum hari pertama dalam pekan. Menurut Alkitab, Sabat adalah hari ketujuh dalam pekan – yaitu hari Sabtu.

“Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi…. Ketika Tuhan pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah la pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Tuhan memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya” (Kejadian 1:1; 2:2,3).

Jawab: Tuhan menciptakan Sabat pada waktu Penciptaan, sewaktu Dia menciptakan bumi. Tuhan berhenti pada hari Sabat dan memberkati dan menguduskannya – memisahkannya dari hari yang lain untuk maksud yang kudus.

“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat, enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Tuhanmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan la berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Keluaran 20:8-11). “TUHAN memberikan kepadaku kedua loh batu, yang ditulisi jari Allah” (Ulangan 9:10).

Jawab: Pada perintah keempat dari Sepuluh Perintah, Tuhan memerintahkan kita untuk memelihara Sabat hari ketujuh sebagai hari kudus-Nya. Tuhan tahu orang-orang akan melupakan Sabat-Nya, jadi Dia memulai perintah ini dengan kata “ingatlah”.

Keluaran 20:1 berkata, “Lalu Allah mengucapkan segala firman ini, ucapkan … [Sepuluh Perintah mengikuti di ayat 2-17].” Tuhan berfirman, “Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah” (Mazmur 89:35). Yesus berkata, “Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal” (Lukas 16:17).

Jawab: Tidak, tentu tidak berubah! Bahkan tidak mungkin untuk satu bagian saja dari hukum moral Tuhan akan berubah. Semua bagian dari Sepuluh Perintah masih tetap berlaku sampai hari ini. Sama seperti sembilan perintah yang lain tidak berubah, begitu juga perintah yang keempat.

“Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci” (Kisah 17:2). “Lalu Paulus dan kawan-kawannya… pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ” (Kisah 13:13, 14). “Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ” (Kisah 16:13). “Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani” (Kisah 18:4).

 Jawab: Ya. Buku Kisah Para Rasul menyatakan dengan jelas bahwa Paulus dan gereja mula-mula menguduskan (memelihara) Sabat.

Tuhan berkata, “Berbahagialah orang… yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan jahat… Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN… semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku… sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa(Yesaya 56:2, 6, 7). Para rasul mengajarkan demikian: “Ketika Paulus dan Barnabas keluar, mereka diminta untuk berbicara tentang pokok itu pula pada hari Sabat berikutnya… Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Tuhan” (Kisah 13:42, 44). “Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani(Kisah 18:4).

Jawab: Para rasul di zaman gereja mula-mula bukan hanya mematuhi perintah pemeliharaan hari Sabat Tuhan, tapi juga mengajarkan orang-orang non-Yahudi yang bertobat untuk beribadah pada hari Sabat.

Jawab: Tidak. Tidak ada ayat di mana pun di dalam Alkitab bahwa Yesus, Bapa-Nya, atau para Rasul sekalipun  – kapanpun, di dalam setiap keadaan – mengubah Sabat hari ketujuh yang kudus kepada hari yang lain. Justru, Alkitab mengajarkan yang sebaliknya. Perhatikan bukti-bukti berikut ini:

  1. TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya(Keluaran 20:11). “Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya”(Kejadian 2:3).
  2. Yesus Kristus mengharapkan umat-Nya untuk tetap menguduskan hari Sabat di tahun 70 M ketika kota Yerusalem dihancurkan. Tahu bahwa Yerusalem akan dihancurkan oleh Roma tahun 70 M, Yesus mengamarkan pengikut- Nya pada waktu itu, dengan berkata, “Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat” (Matius 24:20, penekanan ditambahkan). Yesus membuat ini jelas bahwa umat-Nya akan menguduskan Sabat bahkan 40 tahun setelah kebangkitan-Nya.
  3. Para wanita yang datang ke kubur untuk mengurapi tubuh Yesus yang mati tetap menguduskan hari Sabat. Yesus Kristus mati pada “hari menjelang Sabat” (Markus 15:37,42), yang sekarang disebut “Hari Jumat Agung.” Para wanita itu menyiapkan rempah-rempah dan minyak wangi untuk mengurapi tubuh-Nya, kemudian “pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat” (Lukas 23:56b). Barulah “setelah lewat hari Sabat” (Markus 16:1) para wanita itu datang “pada hari pertama minggu itu” (Markus 16:2) untuk melanjutkan rencana mereka. Mereka kemudian mendapati “Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu” (ayat 9), yang sering disebut “Minggu Paskah.” Perhatikan bahwa “menurut hukum Taurat” Sabat adalah hari sebelum Minggu Paskah, yang kita sebut Sabtu.
  4. Lukas, penulis dari Kisah Para Rasul, tidak merujuk kepada perubahan apapun dari hari perbaktian.Tidak ada catatan Alkitab dari perubahan itu. Di dalam buku Kisah Para Rasul, Lukas mengatakan bahwa dia menulis Injilnya (buku Lukas) tentang “semua” pengajaran Yesus (Kisah Para Rasul 1:1-3). Tetapi dia tidak pernah menuliskan tentang perubahan Sabat.

“Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap. Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN” (Yesaya 66:22, 23).

Jawab: Ya. Alkitab mengatakan bahwa semua orang yang diselamatkan dari segala zaman akan menguduskan Sabat di bumi yang baru.

“Apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan”, dan hari kudus TUHAN “hari yang mulia” (Yesaya 58:13). “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (Matius 12:8).

Jawab: Alkitab membicarakan “Hari Tuhan” di  dalam Wahyu 1:10, jadi Tuhan memang punya satu hari yang istimewa. Tetapi tidak ada ayat di Alkitab menyebut hari Minggu sebagai Hari Tuhan. Sebaliknya, Alkitab mengidentifikasi Sabat hari ketujuh sebagai Hari Tuhan. Satu-satunya hari yang pernah diberkati Tuhan dan diakui-Nya sebagai milik-Nya adalah Sabat hari ketujuh.

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Roma 6:3-6).

Jawab: Tidak! Alkitab tidak pernah menganjurkan pemeliharaan kesucian hari Minggu untuk menghormati hari kebangkitan Yesus atau untuk alasan apa pun. Kita menghormati Yesus Kristus dengan menuruti perintah-perintah-Nya(Yohanes 14:15) – bukan dengan mengganti hukum-Nya yang kekal dengan tradisi buatan manusia.

“…ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum” (Daniel 7:25). “Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri… Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia” (Matius 15:6, 9). “Imam-imamnya memperkosa hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku… nabi-nabinya telah memulas mereka dengan orang-orang yang tidak beriman, melihat kesia-siaan, dan memberikan kebohongan kepada mereka, dengan mengatakan, Beginilah firman Tuhan ALLAH, ketika TUHAN tidak berfirman (KJV)” (Yehezkiel 22:26, 28).

Jawab: Sekitar 300 tahun setelah kebangkitan Yesus, sebagian karena kebencian menentang Yahudi, orang-orang yang sesat menyarankan bahwa hari kudus Tuhan diubah dari Sabtu  ke Minggu. Tuhan sudah menubuatkan bahwa ini akan terjadi, dan ternyata sungguh-sungguh tergenapi. Kesalahan ini diturunkan kepada generasi sekarang yang tidak mengetahui apa pun, dan dinyatakan sebagai kebenaran Perjanjian Baru – padahal faktanya tidaklah demikian. Pemeliharaan hari Minggu adalah tradisi manusia semata-mata dan melanggar hukum Tuhan, yang mana memerintahkan pemeliharaan hari Sabat. Hanya Tuhan yang bisa membuat suatu hari menjadi kudus. Tuhan memberkati hari Sabat, dan apabila Tuhan memberkati, maka manusia “tidak dapat membalikkannya” (Bilangan 23:20).

“Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu” (Ulangan 4:2). “Semua firman Allah adalah murni … Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta” (Amsal 30:5, 6).

Jawab: Tuhan telah dengan jelas dan tegas melarang manusia mengubah hukum-Nya, baik mengurangi maupun menambahi. Mengutak-atik hukum Tuhan yang suci dengan cara apapun adalah hal yang paling mengerikan dan berbahaya yang manusia bisa lakukan, karena hukum Tuhan adalah sempurna dan dirancang untuk melindungi kita darikejahatan.

Tanda Penciptaan. “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: … Sebab enam

hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Keluaran 20:8, 11).

Tanda Penebusan dan Pengudusan. “Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka” (Yehezkiel 20:12).

Jawab: Tuhan memberikan Sabat untuk menjadi dua tanda (peringatan): (1) Ini adalah sebuah tanda bahwa Dia menciptakan bumi dalam enam hari yang literal, dan (2) ini adalah juga sebagai tanda kekuasaan Tuhan untuk menebus dan menguduskan manusia. Ini adalah tanggapan yang alami bagi orang Kristen untuk mengasihi Sabat hari ketujuh sebagai tanda Tuhan yang berharga atas penciptaan dan penebusan (Keluaran 31:13, 16, 17; Yehezkiel 20:20). Adalah penghinaan bagi Tuhan bila manusia menginjak-injak hari Sabat Tuhan. Di dalam Yesaya 58:13, 14, Tuhan mengatakan bahwa barangsiapa yang ingin diberkati harus berhenti menginjak-injak hari Kudus-Nya.

“Dosa ialah pelanggaran hukum Tuhan” (1 Yohanes 3:4). “Upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya” (Yakobus 2:10). “Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya”(1 Petrus 2:21). “la menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya” (Ibrani 5:9).

Jawab: Ini adalah masalah hidup dan mati. Sabat dilindungi dan ditegakkan oleh perintahkeempat dari hukum Tuhan. Dengan sengaja melanggar satu dari Sepuluh Perintah adalah dosa. Orang Kristen akan bahagia mengikuti teladan Yesus dalam memelihara hari Sabat.

“Imam-imamnya memperkosa hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus … mereka menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka… Maka Aku mencurahkan geram-Ku atas mereka dan membinasakan mereka dengan api kemurkaan-Ku; kelakuan mereka Kutimpakan atas kepala mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH” (Yehezkiel 22:26, 31).

Jawab: Sementara ada beberapa pemimpin agama yang memelihara kesucian hari Minggu karena mereka tidak mengetahui yang benar, namun ada pula yang dengan sengaja melakukan hal yang tidak senonoh terhadap apa yang Tuhan sebut sebagai yang kudus. Dengan menutup mata terhadap hari  Sabat Tuhan yang benar, para pemimpin agama menyebabkan orang lain untuk menajiskannya juga. Jutaan orang telah disesatkan dalam perkara ini. Yesus menegur orang-orang Farisi karena berpura-pura mengasihi Tuhan sementara membatalkan salah satu dari Sepuluh Perintah oleh tradisi mereka (Markus 7:7-13).

“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14:15).

“Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yakobus 4:17). “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu” (Wahyu 22:14). “Lalu kata Yesus kepada mereka, ‘Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat’” (Markus 2:27).

Jawab: Ya! Hari Sabat adalah pemberian dari Tuhan, yang menciptakan Sabat untuk Anda sebagai perhentian dari dunia! Menjadi hal alamiah bahwa orang yang mengasihi Tuhan mau untuk memelihara perintah menyucikan hari Sabat-Nya.Tentunya, kasih tanpa penurutan pada perintah-Nya sesungguhnya sama sekali bukanlah kasih (1 Yohanes 2:4). Ini adalah keputusan yang harus kita buat, dan kita tidak dapat menghindarinya. Berita baiknya adalah dengan memilih menguduskan hari Sabat akan sangat memberkati Anda!

Pada hari Sabat, Anda dapat merasa bebas untuk berhenti – merasa bersalah – dari aktivitas harian Anda, seperti bekerja dan berbelanja, dan, sebagai gantinya, ini kesempatan yang istimewa untuk menghabiskan waktu dengan Pencipta alam semesta. Menyembah Tuhan dengan orang percaya lainnya, meluangkan waktu bersama keluarga, berjalan di alam, membaca materi-materi yang mengangkat kerohanian, dan bahkan mengunjungi dan memberikan semangat bagi orang yang sedang sakit adalah cara yang baik untuk memelihara kekudusan Sabat. Setelah jenuh enam hari dalam pekerjaan, Tuhan memberikan Anda berkat Sabat untuk beristirahat dari pekerjaan dan untuk memberi makan bagi jiwa Anda. Anda dapat percaya bahwa Dia mengetahui yang terbaik bagi Anda!

MENJAWAB PERTANYAAN ANDA

Jawab: Tidak. Yesus berkata, “Hari Sabat diadakan untuk manusia” (Markus 2:27). Hari Sabat bukan hanya untuk orang Yahudi, tetapi untuk seluruh umat manusia – pria dan wanita di seluruh bumi. Bangsa Yahudi belum ada hingga 2500 tahun sesudah hari Sabat diciptakan pada masa penciptaan alam semesta..

 

Jawab: Menurut Alkitab, setiap hari dimulai pada saat matahari terbenam dan berakhir pada saat matahari terbenam hari berikutnya (Kejadian 1:5, 8, 13, 19, 23, 31; Imamat 23:32), dan bagian yang gelap menjadi tanda datangnya hari yang baru. Jadi Sabat dimulai pada matahari terbenam hari Jumat petang dan berakhir pada matahari terbenam hari Sabtu petang. Pertemuan yang didiskusikan di Kisah 20 ini terjadi di bagian yang gelap dari hari Minggu, atau yang biasa kita sebut Sabtu malam. Pertemuan ini adalah pada Sabtu malam, dan berlangsung hingga tengah malam. Paulus sedang mengadakan acara perpisahan dan dia tahu tidak akan bertemu lagi dengan orang-orang itu (ayat 25). Tidaklah mengherankan dia berbicara (berkhotbah) begitu lama! (Tentu saja ini bukanlah ibadah rutin mingguan yang akan berlangsung sepanjang malam). Paulus “bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya” (ayat 7). Pemecahan roti di sini tidak memiliki arti penting, karena mereka memecahkan roti setiap hari (Kisah 2:46). Tidak ada indikasi di dalam Alkitab bahwa hari pertama adalah hari suci, bahkan orang Kristen mula-mula pun berpikir demikian. Juga tidak ada bukti sekecil apa pun bahwa Sabat telah diubah. (Tanpa makna penting sama sekali, peristiwa ini ditulis hanya untuk mencatat mujizat dibangkitkannya Eutikhus dari kematian setelah dia mati karena terjatuh dari lantai tingkat tiga). Di Yehezkiel 46:1, Tuhan menyebut hari Minggu sebagai salah satu dari enam “hari bekerja.”

Jawab: Tidak. Tidak ada petunjuk di sini untuk sebuah pertemuan ibadah umum. Uang untuk persembahan itu disisihkan secara pribadi di rumah. Paulus menulis ini untuk memohon gereja-gereja di Asia kecil agar membantu saudara-saudara di Yerusalem yang hidup dalam kemiskinan (Roma 15:26-28). Semua orang Kristen memelihara kesucian Sabat, jadi Paulus menyarankan agar pada hari Minggu pagi, setelah Sabat sudah berlalu, mereka menyisihkan sesuatu untuk membantu kebutuhan saudara-saudara mereka supaya itu sudah terkumpul pada saat Paulus tiba disitu. Ini haruslah dilakukan secara pribadi — dengan kata lain di rumah masing-masing. Tidak ada petunjuk di sini bahwa Minggu adalah hari suci.

Jawab: Tidak. Para sarjana Alkitab dan sejarawan setuju bahwa meskipun kalender telah berubah, namun siklus mingguan tidak pernah berubah. Dengan demikian, Anda dapat dengan yakin bahwa hari ketujuh kita saat ini adalah sama dengan hari ketujuh yang Yesus pelihara kekudusannya.

Jawab: Tidak. Para murid pada waktu itu adalah karena mereka tidak percaya akan adanya kebangkitan. Alasan mereka berkumpul adalah “karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.” Ketika Yesus muncul di tengah mereka, Dia menegor mereka “karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya” (Markus 16:14). Tidak ada makna tersurat ataupun tersirat bahwa mereka menganggap hari Minggu dalam pekan sebagai hari suci. Hanya ada delapan ayat di Perjanjian Baru yang menyebut tentang hari pertama minggu itu; dan tidak ada satu pun yang menyatakan bahwa Minggu adalah hari yang suci.

Jawab: Sama sekali tidak. Ayat itu hanya membicarakan hari raya tahunan, hari-hari sabat upacara yang merupakan “bayangan dari apa yang harus datang” dan bukanlah Sabat hari ketujuh dalam pekan. Di Alkitab mencatat adanya tujuh hari raya tahunan, atau hari-hari festival (upacara) tahunan, yang oleh bangsa Israel purba disebut juga sebagai hari-hari sabat (lihat Imamat 23). Ini adalah tambahan untuk atau “selain sabat Tuhan” (Imamat 23:38,), atau Sabat hari ketujuh. Hari raya-hari raya itu adalah bayangan dari, atau menunjukkan kepada, peristiwa salib dan berakhir di kayu salib. Sabat hari ketujuh Tuhan sudah diciptakan sebelum Adam berdosa, karena itu tidak dapat menjadi gambaran mengenai pembebasan dari dosa. Itulah sebabnya Kolose 2 menyatakan perbedaan khusus dan secara terperinci menyebut bahwa hari-hari sabat (dalam upacara tahunan) itu adalah “bayangan.”

Jawab: Perhatikan bahwa seluruh pasal itu adalah tentang saling menghakimi satu dengan yang lain (ayat 4, 10, 13) “atas hal-hal yang meragukan” (ayat 1, KJV). Topik pembicaraan di sini bukanlah tentang Sabat hari ketujuh, yang merupakan bagian dari hukum moral, tetapi mengenai hari-hari keagamaan yang lain. Orang Yahudi yang menjadi Kristen menghakimi orang Kristen dari bangsa lain karena tidak memelihara hari-hari keagamaan itu. Paulus dengan sederhana mengatakan: “Jangan saling menghakimi satu sama lain. Hukum upacara itu sudah tidak berlaku lagi.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *