DI TULIS DI ATAS BATU

PELAJARAN 6

Sebagaimana kejahatan dan kekerasan semakin merajalela di kota dan rumah, bukankah masuk akal agar aman dan damai kita harus mematuhi hukum pidana? Beberapa abad yang lalu, Tuhan menulis hukum-Nya dibatu dan Alkitab berkata kita harus tetap mentaati hukum itu sampai hari ini. Melanggar beberapa bagian dari hukum Tuhan selalu membawa dampak yang negatif. Tetapi yang lebih penting, mentaati semua hukum Tuhan memberikan perlindungan dan kedamaian. Karena begitu banyak yang dipertaruhkan, bukankah sangat berarti untuk mengambil waktu untuk mempertimbangkan dengan serius tempat sepuluh hukum Tuhan dalam hidup Anda?

“Dan TUHAN memberikan kepada Musa… kedua loh hukum Tuhan, loh batu, yang ditulisi oleh jari Tuhan. … Kedua loh itu ialah pekerjaan Tuhan dan tulisan itu ialah titisan Tuhan, ditulis pada loh-loh itu.” (Keluaran 31:18; 32:16).

Jawab: Ya, Tuhan di surga menuliskan Sepuluh Hukum di atas loh batu dengan jari-Nya sendiri.

“Dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” (1 Yohanes 3:4).

Jawab: Dosa ialah pelanggaran Sepuluh Hukum Tuhan. Dan karena Hukum Tuhan itu sempurna (Mazmur 19:7), dan prinsip-prinsipnya menutupi setiap kemungkinan dosa. Hukum itu mencakup semua “kewajiban setiap orang”. (Pengkhotbah 12:13). Tak ada yang ketinggalan.

“Berbahagialah orang  yang berpegang pada hukum” (Amsal 29:18). Biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu.” (Amsal 3:1,2).

Jawab:

  1. Sebagai penuntun menuju hidup yang bahagia dan berkelimpahan. Tuhan menciptakan kita untuk menikmati sukacita, kedamaian, umur panjang, kelimpahan, prestasi, dan semua berkat-berkat murni lainnya yang diinginkan hati kita. Hukum Tuhan adalah peta yang menunjuk pada jalan yang benar untuk diikuti supaya mendapatkan kebahagiaan yang sejati dan tak tertandingi. “… justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.”(Roma 3:20). “Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: “Jangan mengingini!” (Roma 7:7).
  2. Untuk menunjukkan perbedaan antara yang benar dan yang salah. Sepuluh Hukum Tuhan bagaikan cermin (Yakobus 1:23-25). Menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam hidup kita seperti cermin menunjukkan noda di wajah kita. Satu-satunya cara bagi seseorang agar tahu apakah dia berdosa adalah dia harus mengecek hidupnya dengan cerminan sepuluh Hukum Tuhan. Sepuluh Hukum Tuhan menunjukkan kepada kita petunjuk yang harus kita ikuti! “TUHAN Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu [Sepuluh Hukum] … supaya senantiasa baik keadaan kita” (Ulangan 6:24). “Sokonglah aku, supaya aku selamat; aku hendak bersukacita dalam ketetapan-ketetapan-Mu senantiasa. Engkau menolak semua orang yang sesat dari ketetapan-ketetapan-Mu” (Mazmur 119:117, 118).
  3. Untuk melindungiku dari bahaya dan kesusahan. Sepuluh Hukum Tuhan bagaikan kandang kokoh di kebun binatang, yang melindungi kita dari hewan-hewan buas. Sepuluh Hukum Tuhan melindungi kita dari ketidaksetiaan, kebohongan, pembunuhan, pencurian, dan banyak lagi hal-hal jahat yang menghancurkan hidup, kedamaian, dan sukacita. Semua hukum yang baik selalu melindungi begitu juga dengan hukum Tuhan.“Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya” (1 Yohanes 2:3).
  4. Menolong kita untuk mengetahui Tuhan.

Catatan khusus: prinsip kekal hukum Tuhan tertulis di dalam setiap alamiah seseorang oleh Tuhan yang menciptakan kita. Tulisan mungkin akan pudar dan berantakan, tetapi itu akan tetap disana. Kita diciptakan untuk hidup harmonis bersama dengan sepuluh hukum. Ketika kita mengabaikannya, hasilnya selalu ketegangan, kerusuhan, dan tragedy-sebagaimana mengabaikan peraturan untuk mengemudi dapat mengakibatkan kecelakaan yang serius atau bahkan kematian.

“Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.” (Yakobus 2:12).

Jawab: Karena Sepuluh Hukum adalah standar yang digunakan Tuhan untuk memeriksa manusia dalam penghakiman Tuhan.

“Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.” (Lukas 16:17). “Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah ”(Mazmur 89:35). “Segala titah-Nya teguh, kokoh untuk seterusnya dan selamanya” (Mazmur 111:7,8).

Jawab: Tidak. Alkitab sangat jelas bahwa hukum Tuhan tidak dapat diubah. Sepuluh Hukum adalah pernyataan prinsip-prinsip sifat Tuhan yang suci yang akan selalu ada selama Tuhan ada. Dan karena Tuhan itu ada sampai selamanya, maka Sepuluh Hukum juga akan ada untuk selamanya. Perhatikan tabel berikut bahwa Tuhan dan Hukum-Nya memiliki sifat-sifat yang sama. Sepuluh Hukum adalah sifat-sifat Tuhan dalam bentuk tertulis – tertulis supaya kita bisa memahaminya. Mengubah Hukum Tuhan dan mengubah Tuhan adalah hal yang tidak mungkin. Yesus menunjukkan kepada kita apa itu hukum- itu adalah pola untuk hidup kudus- terlihat sebagaimana yang Dia nyatakan dalam wujud manusia. Karakter Tuhan tidak dapat diubah; begitu juga dengan hukum-Nya.

Ketika Yesus berada di dalam hati, mentaati hukum bukan hanya mungkin tetapi juga sebuah kesenangan!

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat… Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya… selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Matius 5:17, 18).

Jawab: Tidak. Yesus dengan jelas mengatakan bahwa Dia tidak datang untuk meniadakan Sepuluh Hukum, tapi untuk menggenapi (mematuhi) Sepuluh Hukum. Bukannya menghapus Sepuluh Hukum, Tuhan Yesus Kristus malah memperjelasnya bagai seseorang memperjelas tulisan dengan kaca pembesar (Yesaya 42:21) sebagai pedoman yang sempurna untuk hidup benar. Misalnya, Yesus menunjukkan bahwa “Jangan membunuh” juga berarti “marah kepada orang lain tanpa alasan” (Matius 5:21, 22) dan “membenci” (1 Yohanes 3:15), dan bahwa nafsu seks di dalam hati kepada orang yang bukan suami/isteri yang sah adalah perzinahan (Matius 5:27, ,28). Dia mengatakan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14:15).

Salib menyatakan betapa besarnya kepedulian Tuhan kepada hukum-Nya!

“Upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). “TUHAN datang… dengan murka yang menyala-nyala, untuk membuat bumi menjadi sunyi sepi dan untuk memusnahkan dari padanya orang-orang yang berdosa”(Yesaya 13:9). “Barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.” (Yakobus 2:10).

Jawab: sepuluh hukum menuntun kita kedalam hidup kudus. Jika kita mengabaikan salah satu dari hukum, maka kita menolak bagian terpenting dari cetak biru keilahian. Jika saja ada satu sambungan dari rantai yang rusak, maka fungsi secara keseluruhan tidak dapat digunakan. Alkitab mengatakan bahwa ketika kita melanggar hukum Tuhan, kita berdosa (Yakobus 4:17) karena kita telah menolak kehendak-Nya bagi kita. Hanyalah mereka yang melakukan kehendak-Nya yang dapat masuk kerajaan surga. Tentu saja, Tuhan akan mengampuni siapa saja yang dengan sungguh-sungguh bertobat dan menerima kuasa Tuhan untuk merubah kita semua.

“Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Tuhan oleh karena melakukan hukum Taurat” (Roma 3:20). “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Tuhan, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8,9).

Jawab: Tidak! Jawabannya sangat sederhana. Tak ada yang bisa selamat karena menuruti Sepuluh Hukum. Keselamatan hanya diperoleh melalui kasih karunia (anugerah), sebagai pemberian gratis dari Tuhan melalui kematian Yesus Kristus, dan kita menerima pemberian ini melalui iman, bukan melalui perbuatan baik atau penurutan pada Hukum. Hukum berfungsi hanya sebagai cermin untuk menunjukkan dosa di dalam hidup kita. Penyucian hati dan pengampunan dosa datang hanya melalui kematian Yesus Kristus.

“Takutlah akan Tuhan dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang” (Pengkhotbah 12:13). Justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” (Roma 3:20).

Jawab: Karena pola seutuhnya, seluruh kewajiban umat Tuhan terkandung dalam Hukum Tuhan. Seperti anak 6 tahun yang membuat garis-garis pengukur tinggi badan menurut kemauannya sendiri, lalu berdiri di depan garis-garis itu dan mengatakan bahwa tingginya 12 kaki (3m 60 cm) berdasarkan garis-garis itu; standar yang kita ciptakan sendiri pasti tidak aman. Aku tidak tahu apakah aku orang berdosa kalau aku tidak menatap dengan seksama standar yang sempurna cermin itu – sepuluh Hukum Tuhan. Banyak orang yang telah melakukan pekerjaan yang baik merasa diri selamat meskipun tidak menuruti hukum. (Matius 7:21-23) karena mereka tidak mau menyelidiki hidup mereka, apakah mereka hidup sesuai dengan standar itu – Hukum Tuhan. Oleh karena itu, mereka berpikir bahwa mereka orang benar dan pasti selamat, padahal mereka orang berdosa dan akan binasa. “Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Tuhan, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya” (1 Yohanes 2:3).

 “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka…” (Ibrani 8:10). “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13). “Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri … supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita” (Roma 8:3, 4).

Jawab: Yesus Kristus bukan hanya mengampuni orang berdosa yang bertobat, tetapi Dia juga memulihkan mereka kembali kepada rupa Tuhan. Dia membawa orang berdosa ke dalam keselarasan dengan Hukum-Nya melalui hadirat Roh Kudus dalam hati kita. “Jangan” lantas berubah menjadi janji bahwa umat Tuhan tidak akan mencuri, membunuh, berdusta, dll. Karena sifat-sifat Yesus hidup di dalam hati manusia dan membuat orang itu mengasihi Tuhan sehingga tidak mau lagi berbuat dosa. Tuhan tidak mungkin mengubah hukum moral-Nya, tetapi Dia membuat janji melalui Yesus Kristus untuk mengubah orang berdosa supaya kita bisa mencapai hukum itu.

“Dosa [melanggar perintah Tuhan-1 Yohanes 3:4] kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa: karena kamu tidak berada di bawah hukum tetapi di bawah kasih karunia. Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat

dosa [melanggar hukum Tuhan], karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!” (Roma 6:14, 15). “Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.” (Roma 3:31).

Jawab: Tidak! Alkitab mengajarkan yang sebaliknya. Kasih karunia Tuhan itu bagaikan surat amnesti untuk seorang pelanggar hukum. Surat itu mengampuni dia, tapi tidak memberinya kebebasan untuk melanggar hukum yang lainnya. Orang yang sudah diampuni, hidup dibawah kasih karunia, malah berada di bawah kewajiban dua kali ganda untuk mematuhi hukum. Seseorang yang menolak untuk mematuhi hukum Tuhan, dengan mengatakan bahwa dia hidup di bawah kasih karunia, melakukan kesalahan yang fatal.

Jawab: Ya-dan sangat jelas. Bacalah beberapa hal berikut dengan sangat teliti.

  1. Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Matius 4:10)
  2. “Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala [patung].” (1 Yohanes 5:21). “Karena kita berasal dan keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.” (Kisah Para Rasul 17:29).
  3. “Agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang.” (1 Timotius 6:1).
  4. “Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: “Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya.” Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barang siapa telah masuk ke tempat perhentian- Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya.”(Ibrani 4:4, 9, 10).
  5. “Hormatilah ayahmu dan ibumu” (Matius 19:19)
  6. “Jangan membunuh” (Roma 13:9)
  7. “Jangan berzinah” (Matius 19:18)
  8. “Jangan mencuri” (Roma 13:9)
  9. “Jangan mengucapkan saksi dusta” (Roma 13:9)
  10. “Jangan mengingini” (Roma 7:7)

HUKUM TUHAN DI DALAM PERJANJIAN LAMA

  1. “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Keluaran 20:3).
  2. “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Tuhan yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku” (Keluaran 20:4-6).
  3. “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan” (Keluaran 20:7).
  4. “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan la berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Keluaran 20:8-11).
  5. “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu”(Keluaran 20:12).
  6. “Jangan membunuh” (Keluaran 20:13).
  7. “Jangan berzinah” (Keluaran 20:14).
  8. “Jangan mencuri” (Keluaran 20:15).
  9. “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” (Keluaran 20:16).
  10. “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu” (Keluaran 20:17).

Jawab: Tidak-mereka tidak sama. Pelajari perbedaan berikut:

Hukum Musa hanyalah berisi hukum upacara di perjanjian lama yang hanya sementara, itu adalah apa yang biasa dilakukan oleh imam, kurban-kurban, upacara-upacara, persembahan-persembahan daging korban dan korban curahan, dan lain-lain. Semuanya hanyalah lambang yang menggambarkan Korban Yesus Kristus di Golgota. Hukum upacara Musa ini ditambahkan “sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu”, dan keturunan itu adalah Yesus Kristus (Galatia 3:16,19). Ritual dari hukum Musa mengarah kepada pengorbanan Yesus. Ketika Dia mati, hukum ini berakhir, tetapi sepuluh hukum (hukum Tuhan) “tapi Sepuluh Hukum (Hukum Tuhan) “kokoh untuk seterusnya dan selamanya” (Mazmur 111:8). Dua hukum ini tertulis jelas di dalam Daniel 9:10,11.

Catatan: Hukum Allah telah ada setidaknya selama dosa ada. Alkitab berkata, “Di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada pelanggaran [dosa]” (Roma 4:15). Jadi, hukum Sepuluh Perintah Allah sudah ada sejak awal. Manusia melanggar hukum tersebut (berdosa-1 Yohanes 3:4). Karena dosa (atau melanggar hukum Allah), hukum Musa diberikan (atau “ditambahkan”-Gal. 3:16, 19) sampai Kristus datang dan mati. Ada dua hukum yang berbeda yang terlibat: Hukum Allah dan hukum Musa.

 

Maka marahlah naga itu [Iblis] kepada perempuan itu [umat Tuhan}, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Tuhan [Sepuluh Hukum].” (Wahyu 12:17). “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Tuhan.” (Wahyu 14:12).

Jawab: Iblis membenci orang-orang yang meninggikan Hukum Tuhan karena Hukum itu adalah pola untuk hidup benar, Tidak mengherankan bahwa Iblis membenci dan memerangi semua orang yang meninggikan Hukum Tuhan. Dalam peperangannya melawan standard Tuhan yang suci, iblis pergi menggunakan para pemimpin agama untuk mengabaikan sepuluh perintah dan pada saat yang bersamaan meninggikan tradis manusia. Tidak heran Yesus mengatakan, Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? … “Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia” (Matius 15:3, 9). Dan Daud berkata, “Waktu-Mu untuk bertindak telah tiba, ya TUHAN, karena mereka telah merombak Taurat-Mu” (Mazmur 119:126). Umat Tuhan harus bangun dan memulihkan Sepuluh Hukum pada tempat yang benar yaitu di hati dan hidup mereka.

MENJAWAB PERTANYAAN ANDA

Jawab: Tidak. Alkitab mengatakan bahwa manusialah yang bercacat. Sebab Ia “menegor mereka” (Ibrani 8:8). Dan di dalam (Roma 8:3) Alkitab mengatakan bahwa hukum “tak berdaya oleh daging.” Akan selalu seperti ini ceritanya. Hukum itu sempurna, tapi manusia itu bercacat, selalu senang berbuat dosa, tak berdaya. Jadi Bapa harus mengutus Anak-Nya untuk hidup tanpa dosa di antara manusia “supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita” (Roma 8:4)melalui berdiamnya Kristus di dalam hati kita.

Jawab: Kutuk hukum Taurat adalah maut (Roma 6:23). Yesus Kristus “mengalami maut bagi semua manusia” (Ibrani 2:9). Itu artinya Dia menebus semua manusia dari kutuk hukum Taurat  (maut) dan menggantikannya dengan jaminan hidup kekal.

Jawab: Tidak. Yang dimaksud dalam ayat-ayat itu adalah hukum yang mengandung “ketentuan ketentuan” yang berarti hukum upacara Musa, yang mengatur sistem kurban dan keimamatan. Semua upacara ini menunjuk ke depan pada Kematian Yesus Kristus dan berakhir pada saat Yesus Kristus mati, seperti yang sudah direncanakan Tuhan. Hukum upacara Musa ditambahkan “sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu” dan keturunan itu adalah “Kristus” (Galatia 3:19, 16). Yang dimaksud di sini sudah pasti bukan Hukum Tuhan, sebab Paulus mengatakan Taurat Tuhan itu “kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik” (Roma 7:7, 12).

Jawab: Tidak. Kesepuluh hukum bergantung pada kedua hukum Yesus Kristus bagaikan sepuluh jari bergantung pada kedua tangan kita. Tak bisa dipisahkan. Kasih kepada Tuhan membuat penurutan pada keempat hukum pertama (yang mengatur hubungan kita dengan Tuhan) menjadi sebuah sukacita, dan kasih kepada sesama manusia membuat penurutan pada keenam hukum berikutnya (yang mengatur hubungan kita dengan manusia) menjadi sebuah sukacita. Kasih menggenapi hukum Taurat dengan cara menghilangkan perasaan terbebani oleh Sepuluh Hukum dan membuat kepatuhan pada Sepuluh Hukum menjadi sukacita (Mazmur 40:8). Waktu kita mengasihi seseorang dengan sungguh-sungguh menuruti permintaannya akan merupakan sebuah sukacita bagi kita. Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Tak mungkin mengasihi Tuhan tetapi tidak menuruti Sepuluh Hukum, sebab Alkitab berkata, “Sebab inilah kasih kepada Tuhan, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat” (1 Yohanes 5:3). “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.” (1 Yohanes 2:4).

Jawab: Tidak. Ayat itu mengatakan bahwa “kemuliaan pelayanan Musa” perihal Sepuluh Hukum itu akan pudar, tetapi bukan Sepuluh Hukum itu sendiri. Baca lagi (2 Korintus 3:3-9) dengan teliti, seluruhnya. Inti ayat itu bukanlah pudarnya Sepuluh Hukum atau berakhirnya Sepuluh Hukum, tetapi berpindahnya lokasi Sepuluh Hukum itu dari “loh-loh batu” ke dalam “hati manusia”. Pada zaman Musa, Sepuluh Hukum itu tertulis di atas loh batu. Pada zaman Perjanjian Baru, di bawah pelayanan Roh Tuhan (Roh Kudus), melalui iman pada kematian Yesus Kristus, Sepuluh Hukum itu dituliskan di dalam hati manusia (Ibrani 8:10) Sebuah peraturan yang ditempel pada papan pengumuman sekolah hanya menjadi efektif jika peraturan itu masuk ke dalam hati murid-murid. Pelayanan Roh Tuhan perihal Sepuluh Hukum menjadi efektif karena Dia memindahkan Sepuluh Hukum itu ke dalam hati umat Tuhan. Maka kepatuhan pada Hukum menjadi sukacita dan gaya hidup yang menyenangkan karena umat Tuhan memiliki kasih yang tulus pada Tuhan dan manusia.

Jawab: Tidak. “Genap” dalam ayat ini berarti tujuan atau objek sebagaimana yang terdapat di dalam Yakobus 5:11. Artinya jelas, menuntun manusia pada Yesus Kristus – di mana mereka bisa dibenarkan dan disucikan –adalah tujuan atau kegenapan akhir dari Sepuluh Hukum.

Jawab: “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Roma 8:7-9).

Jawab: Tak ada satu manusia pun yang diselamatkan karena menurut hukum. Semua orang yang diselamatkan dari segala zaman, sudah diselamatkan hanya karena anugerah (kasih karunia). “Kasih karunia… dikaruniakan kepada kita dalam Yesus Kristus sebelum permulaan Zaman.” (2 Timotius 1:9). Sepuluh Hukum hanya menunjukkan dosa. Hanya Yesus Kristus yang menyelamatkan. “Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN” (Kejadian 6:8); Musa mendapat kasih karunia (Keluaran 33:17); bangsa Israel mendapat kasih karunia (Yeremia 31:2); dan Habel, Henokh, Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, dan banyak tokoh Perjanjian Lama diselamatkan “karena iman” menurut Ibrani 11. Mereka diselamatkan karena memandang ke masa depan, kepada peristiwa Golgota, dan kita diselamatkan karena memandang ke belakang. Sepuluh Hukum itu penting, sebab, seperti cermin, Sepuluh Hukum menunjukkan kotoran-kotoran dalam hidup kita. Tanpa Sepuluh Hukum, manusia yang berdosa tidak sadar bahwa dia berdosa. Tapi walau begitu, Sepuluh Hukum  itu tidak bisa menyelamatkan. Hanya dapat menunjukkan dosa. Yesus Kristus, dan hanya Yesus Kristus saja, yang bisa menyelamatkan manusia dari dosa. Ini adalah kebenaran sejak semula, bahkan di zaman Perjanjian Lama. (Kisah 4:10, 12; 2 Timotius 1:9).

Jawab: Tidak! Alkitab membicarakan tentang adanya hati nurani yang licik, hati nurani yang tercemar, dan hati yang membatu – semuanya itu tidak bisa dipercaya. “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12). Tuhan berkata, “Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal” (Amsal 28:26).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *